definisi
- Pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat
- Bertolak
dari pengertian tersebut jelas memberikan gambaran pada kita bahwa dalam
pembelajaran kontekstual ini Proses Belajar Mengajar (PBM) akan lebih
konkret, realistis, lebih actual, lebih menyenangkan dan lebih bermakna.
Pendekatan ctl
- Pendekatan
konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan
melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya
sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya
berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali
siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
- Dengan
demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar,
sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang
variatif dengan prinsip membelajarkan memberdayakan siswa, bukan mengajar
siswa.
Karasteristik
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik (Johnson,
2002) diantaranya sebagai berikut: (1) melakukan hubungan yang bermakna, (2)
melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan, (3) belajar yang diatur sendiri,
(4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) mengasuh dan memelihara
pribadi siswa, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian
autentik.
Jadi pada dasarnya karakteristik pembelajaran kontekstual
menekanan pada pembelajaran yang bermakna, bukan hanya sekedar menghafal
melainkan mengalami dan berbuat serta mampu bekerja sama untuk memecahkan dan
memperoleh informasi baru berupa pengetahuan dan guru bukan satu-satunya sumber
belajar serta menggunakan berbagai strategi penilaian bukan hanya tes saja.
Tujuan
- Pembelajaran
kontekstual bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui
peningkatan pemahaman makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan
anggota bangsa.
- Untuk
mencapai tujuan tersebut tentunya diperlukan guru-guru yang berwawasan
CTL, materi pembelajaran yang bermakna bagi siswa, strategi, metode dan
teknik belajar mengajar yang mampu mengaktifkan semangat belajar siswa,
media pendidikan yang bernuansa CTL, suasana dan iklim sekolah yang juga
bernuansa CTL sehingga situasi kehidupan sekolah dapat seperti kehidupan
nyata di lingkungan siswa.
6 unsur pmbelajaran ctl
- Pembelajaran
bermakna
- Siswa
berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari. Pembelajaran
dipersepsi dengan hidup mereka
- Penerapan
pengetahuan
- Kemampuan
untuk melihat apa yang dipelajari ditetapkan dalam tatanan-tatanan yang
berfungsi pada masa sekarang dan akan datang
- Berfikir
tingkat lebih tinggi
- Siswa
dilatih berfikir dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu issu,
atau memecahkan masalah
4. Kurikulum yang dikembangkan
berdasarkan standar
- Konten berhubungan dengan suatu rentang dan
beragam standar lokal, nasional, asosiasi, dan atau industri
- Responsive
terhadap budaya
- Memahami
dan menghormati nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan
siswa, sesama rekan pendidik, dan masyarakat tempat mereka mendidik
- Penilaian
otentik
- Penggunaan
berbagai macam strategi penilaian
7 komponen utama ctl
·
konstruktivisme.
·
Salah
satu landasan teoritis pendidikan modern termasuk CTL adalah teori pembelajaran
konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahun mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar
mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai pada pembelajaran siswa aktif.
Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada
aktivitas siswa.
·
Siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan
semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan
dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa
siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke
situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka
sendiri.
·
Inquiry
·
adalah merupakan
suatu teknik yang digunakan guru untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif
mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang
sedang dipelajari.
·
Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis Contoxtual Teaching Learning CTL.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Siklus Inquiry antara lain
:
·
Observasi
·
Bertanya
·
Mengajukan dugaan
·
Pengumpulan data
·
Penyimpulan
·
Bertanya
·
merupakan strategi utama pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Kontekstual. Dalam proses pembelajaran bertanya
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya bagi siswa yaitu menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahuinya. Guru dapat menggunakan teknik bertanya dengan cara memodelkan keingintahuan
siswa dan mendorong siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Siswa belajar
mengajukan pertanyaan tentang gejala-gejala yang ada, belajar bagaimana
merumuskan pertanyaan-pertanyaan, dan belajar bertanya tentang bukti, dan penjelasan-penjelasan
yang ada.
·
Masyarakat belajar
·
Konsep
masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja
sama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh dari berbagi antar teman,
antar kelompok, dan antar yang tahu dengan yang tidak tahu. Sehingga
menimbulkan komunikasi dua arah, saling memberikan informasi satu dengan yang
lain.
·
Dalam
kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan
belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
·
Pemodelan
·
maksudnya adalah bahwa dalam suatu
pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang
ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip
pembelajaran modeling merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak
terbatas dari guru saja akan tetapi guru dapat memanfaatkan siswa yang dianggap
memiliki kemampuan. Artinya dalam pembelajaran Kontekstual guru bukan
satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
·
Misalkan
siswa yang pernah menjadi juara dalam olimpiade matematika dapat disuruh untuk
menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian siswa
dianggap sebagai model.
·
Refleksi
·
adalah
berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi
aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui proses refleksi,
pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang
pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa
terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah
dibentuknya atau menambah khazanah pengetahuannya.
·
penilaian sebenarnya
·
Tahap
terakhir dari pembelajaran Kontekstual ialah melakukan penilaian sebenarnya.
Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat
menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran
melalui penerapan CTL. Penilaian sebenarnya adalah penilaian yang
dilakukan berkenaan dengan seluruh aktivitas pembelajaran yang meliputi proses
dan produk belajar sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapat
penghargaan. Penilaian sebenarnya menilai pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa. Penilaian yang dilakukan tidak hanya dilakukan guru, tetapi
bisa juga teman lain atau orang lain.
·
Perbandingan Pendekatan CTL dengan Pendekatan
Tradisional
NO.
|
CTL
|
TRADISONAL
|
1.
|
Menyandarkan pada memori spasial (pemahaman makna)
|
Menyandarkan pada hapalan
|
2.
|
Pemilihan informasi berdasarkan kebutuh-an siswa
|
Pemilihan informasi di-tentukan oleh guru
|
3.
|
Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
|
Siswa secara pasif menerima informasi
|
NO.
|
CTL
|
TRADISONAL
|
4.
|
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/-masalah
yang disi-mulasikan
|
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
|
5.
|
Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa
|
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya
diperlukan
|
6.
|
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang
|
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu
|
NO.
|
CTL
|
TRADISONAL
|
7.
|
Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan,
menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan
masalah (melalui kerja kelompok)
|
Waktu belajar siswa se-bagian besar dipergu-nakan untuk
mengerja-kan buku tugas, men-dengar ceramah, dan mengisi latihan yang
membosankan (melalui kerja individual)
|
8.
|
Perilaku dibangun atas kesadaran diri
|
Perilaku dibangun atas kebiasaan
|
NO.
|
CTL
|
TRADISONAL
|
9.
|
Keterampilan dikem-bangkan atas dasar pemahaman
|
Keterampilan dikem-bangkan atas dasar latihan
|
10.
|
Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri
|
Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka)
rapor
|
11.
|
Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb
keliru dan merugikan
|
Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan
hukuman
|
NO.
|
CTL
|
TRADISONAL
|
12.
|
Perilaku baik berdasar-kan motivasi intrinsik
|
Perilaku baik berdasar-kan motivasi ekstrinsik
|
13.
|
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan
setting
|
Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
|
14.
|
Hasil belajar diukur
melalui penerapan penilaian autentik.
|
Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam
bentuk tes/ujian/ulangan.
|
Simpulan
- Jadi
pada dasarnya pembelajaran kontekstual guru di dalam menyampaikan konsep
pembelajaran berusaha memberikan sesuatu yang nyata bukan sesuatu yang
abstrak sesuai dengan lingkungan sekitar anak, sehingga pengetahuan yang
diperoleh anak dengan pembelajaran di kelas merupakan pengetahuan yang
dimiliki dan dibangun sendiri, ada keterkaitan dengan penerapan kehidupan
sehari-hari yang bisa dijadikan bekal untuk memecahkan masalah-masalah
kehidupan berdasarkan pengetahuan yang telah dibangun dan dimilikinya.
No comments:
Post a Comment